Kemana Arah Pendidikan Hari Ini?
Pendidikan
mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu memperbaiki karakter bangsa melewati
suatu lembaga yang disebut sekolah, didalam sekolah kita diajarkan mengenai
kecintaan terhadap Negara dan pengajaran disiplin ilmu lainya. Ketertinggalan
suatu Negara berkembang dengan Negara maju akan bisa dikejar melalui salah satu
cara yaitu pendidikan.
Melihat sejarah
sekolah tidak terlepas dari politik etis di era penjajahan belanda yang membuat
sekolah untuk memperlancar bisnis eksploitasi sumber daya alam. Orientasi dalam
pendidikan gaya belanda tersebut adalah agar pribumi dapat dipekerjakan mereka
untuk bisa mengoprasikan mesin yang natabene tabu bagi pribumi saat itu.
Apakah pendidikan
bangsa ini seperti era penjajahan dimana pelajar hanya bermental pekerja
padahal tugas Negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan waktu yang
tidak jauh berbeda Ki Hajar Dewantara membuat pendidikan tandingan yaitu Taman
Siswa dimana disitu mampu mencetak generasi yang berkarakter.
Di era kekinian
masyarakat berpandangan bahwa orang yang berpendidikan adalah orang yang
bekerja, hal ini tentunya tidak salah, tetapi haruslah diluruskan. Pendidikan
yangn bertujuan mencetak generasi bangsa sangat tidak layak jika disandingkan
dengan dunia pekerja.
Semakin kesini
secara tidak langsung melihat dunia pendidikan bukan hanya bersandingan dengan
dunia pekerjaan tetapi sudah menyatu dengan dunia pekerja. Hal yang semacam ini
perlu penanganan yang serius dari pihak pemerintah maupun masyarakat umum.
Cara pandang
masyarakat haruslah diubah jika dibiarkan maka tidak ada bedanya sekolahan
dengan pabrik, sekolahan ataupun kampus bukanlah pencetak sarjana yang siap
saji untuk di eksploitasi pabrik.
Logika
sederhananya ketika melihat pendidikan sekarang adalah sekoalah menjadi pabrik
yang mencetak sarjana ataupun akademisi untuk bekerja di pabrik, ketika itu
terjadi yang jadi pertanyaan adalah dimana pendidikan yang meneruskan tonggak
bangsa ini?
Tentang standard
yang diberikan perguruan tinggi saat hendak memasukinya tentunya tidak masuk
akal. Standart yang diberikan hanya bisa dilalui oleh siswa yang pintar terus
dimanakah siswa yang bodoh? Padahal mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas
Negara ini.
Pendidikan yang
mengacu pada dunia internasional malah semakin menjauh dari masyarakatnya
sendiri.
Pembenahan bisa
dilakukan jika ruang untuk pembelajaran haruslah ditambah karena semangat anak
bangsa untuk bersekolah sangat tinggi. Perguruan tinggi di Jawa sangatlah
sedikit dan tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada, apalagi diluar
daerah jawa.
Mutu sang pendidik
haruslah mempunyai karakter yang bisa memberi inspirasi terhadap anak didiknya.
Menjamurnya jurusan keguruan tidak diimbangi dengan peningkatan mutu dan yang
terjadi ketika anak didik lulus dari sekolah tidak mempunyai ciri khas dan
karakter yang melekat pada diri si anak
didik.
Biaya yang semakin
tinggi dalam dunia pendidikan sulit terjangkau oleh kaum marjinal pinggiran
kota. Biaya pendidikan haruslah diperhatikan, karena perhatian biaya sekarang
bertumpu pada beasiswa dan lagi lagi beasiswa hanya dapat dijangkau oleh siswa
yang pintar dan yang bodoh selalu terpinggirkan.
Dengan
memperhatikan tiga aspek tersebut diharap pendidikan tidak lagi dikomersil-kan
dan benar benar menjadi dunia pendidikan yang menyentuh semua pihak. Meskipun
kontradiksi kontradiksi akan selalu ada dalam dunia pendidikan setidaknya mampu
meminimalisir hal tersebut.
Komentar
Posting Komentar